Selasa, 20 Mei 2014

HUBUNGAN ANTARA PANJANG TUNGKAI DENGAN KEMAMPUAN FROG JUMP SISWA KELAS IV SDN 2 KEBUTUHDUWUR BY HERMAWAN EDI PRIHWANTO

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
            Sekolah Dasar Negeri 2 Kebutuhduwur adalah sebuah sekolah dasar yang berdiri sekitar tahun 1962, Sekolah terletak di dusun Kembaran Desa Kebutuhduwur kecamatan Pagedongan kabupaten Banjarnegara. Hinggga saat ini siswa terdaftar aktif  tahun ajaran 2012/2013 berjumlah 135 siswa dari kelas I - VI. Orang tuanya sebagian besar bermata pencaharian petani sehingga kehidupan siswa di SDN 2 kebutuhduwur tergolong lemah. Pembelajaran pendidikan jasmani siswa untuk memperoleh pelajaran harus berjalan ± 200m dari sekolah karena keterbatasan sarana, prasarana, dan falitisas, sehingga harus ke lapangan desa yang harus menyebrang jalan raya, pada musim penghujan bahkan untuk aktivitas jasmani jarang dilakukan. dengan sarana yang kurang memadai maka berdampak pada minat siswa yang berkurang dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani di karenakan menempuh jarak yang cukup jauh.
            Sekolah Dasar Negeri 2 Kebutuhduwur pada umumnya pembelajaran pendidikannya adalah membaca, menulis, menghitung akan tetapi selain di atas masih ada pendidikan jasmani yang di dalamnya  meliputi, senam, permainan, atletik dll. Dalam pendidikan jasmani itu sendiri bertujuan pokok untuk meningkatkan kebugaran  jasmani siswa sekolah dasar sehingga pembelajaran disekolah dapat tercapai dengan baik. Kurikulum kelas IV semester genap terdapat pembelajaran gerak dasar lompat, loncat, dan lempar. Berdasarkan kurikulum KTSP (2007: 2-3),
Ruang lingkup pembelajaran di Sekolah Dasar pada umumnya memiliki 7 (tujuh) ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan  Kesehatan yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut. 1) Permainan dan olahraga, 2) Aktivitas pengembangan, 3) Aktivitas senam, 4) Aktivitas ritmik, 5) Aktivitas air, 6) Pendidikan luar kelas, 7) Kesehatan.
            Frog Jump merupakan implementasi gerak dasar loncat yang dalam Standar Kompetensinnya berbunyi : Mempraktikkan gerak dasar ke dalam permainan dan olahraga dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya”. dan dalam Kompetensi dasarnya berbunyi : “Mempraktikkan gerak dasar atletik yang dimodifikasi:  lompat, loncat dan lempar, dengan memperhatikan nilai-nilai pantang menyerah, sportifitas, percaya diri, dan kejujuran Karena dalam pembelajaran di sekolah dasar hanya ada gerak dasar. Frog jump dapat di lakukanya siswa sebanyak 3 kali dan dapat diulang ulang karena hanya dalam pembelajaran dan tidak mengacu pada prestasi siswa untuk mengikuti perlombaan.
Dalam frog jump banyak menggunakan daya fisik, tetapi tidak lepas dari faktor faktor teknik, karena teknik yang baik akan menunjang efisiensi dalam penggunaan daya sehingga akan meningkatkan keefektifan didalam gerakan untuk menunjang prestasi. Daya ini dapat dikembangkan dari awalan yang cepat dan loncat ke atas yang kuat dari balok tolakan”.
Dengan demikian untuk mendapatkan loncatan yang optimal haruslah ditunjang fisik yang baik, khususnya power (daya tolakan) dari tungkai yang kuat. Selain itu tentunya harus ditunjang ketrampilan teknik gerakan yang baik. Jadi untuk dapat mencapai dan meningkatkan kemampuan frog jump. harus dikembangkan unsur fisik, terutama kecepatan dan power untuk melakukan tolakan.
Tungkai merupakan bagian anatomi dari manusia yang dapat menghasilkan tolakan dan loncatan yang baik. Dengan demikian, apakah bagi seorang siswa yang memiliki postur tubuh yang tinggi dan tungkai yang panjang akan mempengaruhi siswa dalam melakukan Frog Jump tersebut, Hal ini dikarenakan dalam observasi banyak siswa memiliki tungkai panjang mampu melakukan frog jump dengan baik.  Bagi para guru Penjasorkes harus ketat dan objektif menilai dan memilih anak didiknya yang baik. Tetapi untuk lebih meningkatkan hasil pembelajaran juga perlu didukung oleh faktor-faktor sarana dan prasarana olahraga seperti; lapangan olahraga yang memadai dan peralatan olahraga yang lengkap dan memadai.
Power otot tungkai merupakan suatu unsur diantara unsur-unsur komponen kondisi fisik yaitu kemampuan biomotorik manusia, yang dapat ditingkatkan sampai batas – batas tertentu dengan melakukan latihan-latihan yang sesuai. Dengan Kemampuan Power otot tungkai yang baik apakah akan mempengaruhi siswa untuk mencapai loncatan yang optimal. Dalam faktanya di lapangan pada gerakan  Frog Jump, power otot tungkai menghasilkan gerakan menyerupai garis lengkung.
Berdasarkan pengamatan dalam hal pelaksanaan pembelajaran frog jump di tahun 2012/2013 bagi siswa kelas IV SD Negeri 2 Kebutuhduwur Kecamatan Pagedongan Banjarnegara, terlihat penerapan pembelajaran masih monoton, dalam pembelajaran frog jump siswa terlihat kurang aktif, karena dalam melakukan pembelajaran frog jump hanya melihat hasil dari pada proses. Jenis pembelajaran frog jump yang bervariasi dengan pengembangan panjang tungkai dan power otot tungkai belum diterapkan bagi siswa kelas IV SD Negeri 2 Kebutuhduwur Kecamatan Pagedongan Banjarnegara. Dengan metode pembelajaran yang bervariasi, di harapakan siswa kelas IV SD Negeri 2 Kebutuhduwur Kecamatan Pagedongan Banjarnegara akan lebih termotivasi dan tidak merasa bosan dalam mengikuti program pembelajaran frog jump. Motivasi pembelajaran yang tinggi dan perasaan yang senang dalam mengikuti program pembelajaran, diharapakan akan berdampak pada hasil prestasi frog jump  siswa kelas IV SD Negeri 2 Kebutuhduwur Kecamatan Pagedongan Banjarnegara menjadi lebih baik.
Dari permasalahan tersebut, penulis memilih bagian terkecil dari sekian banyak permasalahan yang ada pada masa sekarang ini serta tertarik meneliti Hubungan antara Panjang Tungkai dan  Power Otot Tungkai dengan Kemampuan Frog Jump siswa kelas IV SDN 2 Kebutuh duwur
B.     Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :
1.      Pelaksanaan program pembelajaran frog jump kurang variatif dan terlihat masih monoton.
2.      Kurangnya alat – alat  penjas di SDN 2 Kebutuhduwur Kecamatan Pagedongan Kabupaten Banjarnegara.
3.      Belum diketahuinya hubungan panjang tungkai dengan kemampuan frog jump siswa kelas IV SDN 2 Kebutuh duwur Kecamatan Pagedongan Kabupaten Banjarnegara.
4.      Belum diketahuinya hubungan Power Otot Tungkai dengan kemampuan frog jump  siswa kelas IV SDN 2 Kebutuh duwur Kecamatan Pagedongan  Kabupaten Banjarnegara.
5.      Belum diketahuinya Hubungan antara Panjang Tungkai dan  Power Otot Tungkai dengan Kemampuan Frog Jump siswa kelas IV SDN  2 Kebutuhduwur Kecamatan Pagedongan  Kabupaten Banjarnegara.
C.    Batasan Masalah
Agar permasalahan tidak terlalu meluas, sehingga menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda, maka penulis memberikan batasan masalah yang akan diteliti yaitu: Hubungan antara Panjang Tungkai dan  Power Otot Tungkai dengan Kemampuan Frog Jump siswa kelas IV SDN  2 Kebutuhduwur Kecamatan Pagedongan  Kabupaten Banjarnegara.
D.    Rumusan Masalah
            Sesuai dengan batasan masalah di atas maka dapat ditarik sebuah rumusan masalah yaitu, Adakah Hubungan antara Panjang Tungkai dan  Power Otot Tungkai dengan Kemampuan Frog Jump siswa kelas IV SDN  2 Kebutuhduwur Kecamatan Pagedongan  Kabupaten Banjarnegara ”



E.     Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.    Untuk mengetahui Hubungan antara Panjang Tungkai dengan Kemampuan Frog Jump pada siswa kelas IV SDN  2 Kebutuhduwur Kecamatan Pagedongan  Kabupaten Banjarnegara”
2.    Untuk mengetahui Hubungan antara  Power Otot Tungkai dengan Kemampuan Frog Jump pada siswa kelas IV SDN  2 Kebutuhduwur Kecamatan Pagedongan  Kabupaten Banjarnegara”
3.    Untuk mengetahui Hubungan antara Panjang Tungkai dan Power Otot Tungkai dengan Kemampuan Frog Jump pada siswa kelas IV SDN 2 Kebutuhduwur Kecamatan Pagedongan Kabupaten Banjarnegara.
F.     Manfaat Penelitian
Dengan diketahuinya Hubungan antara Panjang Tungkai dan  Power Otot Tungkai dengan Kemampuan Frog Jump siswa kelas IV SDN  2 Kebutuhduwur Kecamatan Pagedongan  Kabupaten Banjarnegara , maka dapat bermanfaat:
1.      Secara Teoritik
Hasil penelitian dapat membuktikan secara ilmiah tentang Hubungan antara Panjang Tungkai dan  Power Otot Tungkai dengan Kemampuan Frog Jump siswa kelas IV SDN  2 Kebutuhduwur Kecamatan Pagedongan  Kabupaten Banjarnegara.

2.      Secara Praktis,
Hasil penelitian ini akan memberikan informasi tentang hasil Hubungan antara Panjang Tungkai dan  Power Otot Tungkai dengan Kemampuan Frog Jump,
a.       Bagi siswa.
1)        dapat mengetahui kemampuan lompatnya.
2)        Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan gerak dasar.
3)        Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik.
4)        Meletakan landasan karakter moral yang kuat melalui nilai nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan.
b.      Bagi guru.
Digunakan sebagai tolak ukur untuk memberikan latihan-latihan yang mendukung meningkatkan kemampuan Frog Jump dan meningkatkan kredibilitas sekolah sehingga mampu mencapai tujuan prestasi yang diharapkan.
c.       Dapat memberikan sumbangan kepada SDN 2 Kebutuhduwur dalam meningkatkan kualitas pendidikan jasmani.





BAB II
KAJIAN TEORI
A.    Deskripsi Teori
1.      Hakikat Frog Jump
Loncatan itu merupakan suatu bagian yang penting dalam dunia gerak manusia. Anak – anak pada umumnya suka meloncat -  loncat untuk menyatakan kegembiraanya dan kesukaanya untuk bergerak. Pada umumnya pula manusia itu mempunyai sifat ingin mempertinggi kecakapan dan ketangkasan, yang lama kelamaan berubah menjadi perlombaan melawan sesamanya. Dengan jalan demikian, terciptalah pertandingan – pertandingan, seperti yang kita kenal sekarang, di antaranya pertandingan  tersebut, terdapat bagian yang disebut meloncat. Frog Jump merupakan salah satu gerak dasar lompat yang terdiri dari unsur – unsur tumpuan, melayang, dan awalan.ketiga unsur ini merupakan satu kesatuan, yaitu urutan gerakan loncat yang tidak terputus.
Gambar 1. Gerakan keseluruhan Frog Jump

Menurut Charles Gozzoli Dkk yang di kutip dari skripsi Hafid Kurniawan (2012:5) Frog Jump merupakan salah satu dari 14 cabang olahraga dalam atletik anak. Loncat katak atau nama lainnya disebut sebagai lompat jongkok ke depan merupakan jenis cabang olahraga dalam atletik anak yang dibentuk badan organisasi atletik tingkat dunia yang disingkat IAAF. Kids Athletic adalah cabang olahraga atletik khusus untuk anak-anak yang di lakukan secara individu maupun kelompok dalam bentuk perlombaan sehingga melatih anak untuk berkompetisi dalam permainan yang menyenangkan. Awalan dalam loncat katak gerakannya sama seperti katak waktu meloncat yaitu menggunakan kedua kaki untuk maju ke depan. Latihan frog jump yaitu dimulai dengan berdiri pada dua kaki selebar bahu, kemudian melakukan lompatan ke depan tanpa menggunakan penghalang tetapi lompatan ini dilakukan dengansejauh-jauhnya. Gerakan frog jump dilakukan dengan kaki ditekuk dan mendarat pada dua kaki, badan harus tetap pada garis lurus.
Menurut Lia Lumintuarso (2011:64) Loncat katak atau lompat jauh dari berdiri adalah seorang peserta melakukan loncat katak tiga kali berturut turut dengan bertumpu dan mendarat pada dua kaki. Petugas memberi tanda bagian tubuh yang terdekat dari garis awalan (tumit). Bila peserta jatuh kebelakang maka tandanya adalah pada tangan yang dekat dengan garis start. Titik pendaratan pertama adalah titik awal loncat peserta kedua dan seterusnya.

Gambar 2
Gerakan keseluruhan frog jump
Ria Lumintiarso (2011:62)

Loncat Katak adalah  seorang peserta melakukan “loncat katak” tiga kali berturut-turut dengan bertumpu dan mendarat dua kaki dan Petugas memberi tanda bagian tubuh yang terdekat dari garis start (tumit). Bila peserta jatuh ke belakang maka tandanya adalah pada tangan yang dekat dengan garis start. Titik pendaratan peserta pertama adalah titik awal lompat peserta kedua dan seterusnya. blog.uny.ac.id/margono/2010
Dari berbagai pendapat diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa frog  jump adalah loncat kedepan yang dilakukan dengan kedua kaki dan mengangkat badan sejauh-jauhnya sebanyak tiga kali secara berturut-turut dengan menggunakan  power atau daya ledak otot tungkai.



2.      Hakikat Panjang Tungkai
Menurut Roger Watson ( 1997 : 176 ) Panjang tungkai terdiri dari tungkai atas, tungkai bawah dan kaki. Tungkai bawah seperti tulang femur, tulang tibia, tulang fibula, dan tulang tarsal. Tulang femur adalah tulang terpanjang dan terkuat pada manusia, ujung tulang ini mempunyai kepala berbentuk hemiferis yang berartikulasi dengan asetabulum pinggul. Tulang tibia adalah tulang yang terkuat dari kedua tulangtungkai bawah yang teleak di sisi dalam atau sisi medial, tulang fibula tulang yang berbentuk sangat ramping di banding tulang tibia yang terletak di sisi luar tungkai bawah, sedangkan tulang tarsal terdiri dari 7 tulang yang membentuk pasterior kaki seperti : tulang kuneifrrom, navikular, talus, kalkaneus, kuboid, tulang metatarsal, falanges.
Gambar 3, Tulang Femur
Roger Watson (1997:176)
Gambar 4. Tulang Fibula dan Tibia
Roger Watson (1997:177)



Gambar 4. Kaki
Roger Watson (1997:178)

Menurut Amari yang dikutip dari skripsi Tobiq (2012:19) Panjang tungkai adalah ukuran panjang tungkai seseorang mulai dari alas kaki sampai trochantor mayor, kira-kira pada bagian tulang yang terlebar di sebelah luar paha dan bila paha digerakkan tronchantor mayor dapat diraba dibagian atas dari tulang paha yang bergerak.
Menurut ucup (2000:65) Tungkai (lower limb) di bentuk oleh tulang tungkai atas/paha (os. Fermoris/femur). dan tungkai bawah yang terdiri (os. Tibia), dan tl. Betis (fibula), dan tulang kaki (ossa pedis/foot bones). Tim Anatomi FIK UNY (1994: 14) berpendapat bahwa panjang tungkai terdiri dari :
1.    Panjang tungkai atas merupakan jarak antara spina iliaca dan titik tibial. Titik tibial merupakan titik tengah dari garis mendatar dibagian lutut, lebih tepat lagi bagian atas dan batas tengah dari condylus tibialis, terletak di permukaan apex patella inferior. Sering untuk menentukan titik ini pertama-tama membengkokkan tungkai dan kemudian melebarkan lutut. Tungkai atas dapat juga diukur antara titik tibial dan batas atas trochanter mayor.
2.    Panjang tungkai Bawah
Panjang tungkai bawah merupakan jarak antara titik tibial dan titik malleolar, atau titik tibial sampai dengan titik terendah dari malleolus medialis.

Bagi seorang siswa yang memiliki proporsi badan tinggi biasanya diikuti dengan ukuran tungkai yang panjang, meskipun hal itu tidak selalu demikian. Ukuran tungkai yang panjang tidak selalu memberikan keuntungan dalam jangkauan langkahnya, hal ini dikarenakan kelincahan masih dibutuhkan komponen pendukung lain yang diperlukan untuk membantu dalam mencapai jangkauan langkah yang panjang.
Gambar. 5: Letak Pengukuran Panjang Tungkai
 Anatomi UNY (2007:24)

Komponen yang di butuhkan mendukung jangkauan langkah yang panjang diantaranya adalah kemampuan biomotor, teknik, koordinasi, serta proporsi fisik yang bagus di dalamnya, sehingga semakin panjang tungkainya akan dapat diikuti dengan jangkauan langkah yang semakin panjang sehingga waktu yang diperlukan untuk menempuh suatu jarak tertentu dalam lari akan semakin pendek, dengan kata lain waktu tempuhnya menjadi lebih cepat dan energi yang dikeluarkan semakin sedikit.
Dengan demikian panjang tungkai yang penulis maksudkan adalah jarak antara pangkal paha sampai dengan pangkal kaki seseorang. Istilah ini selanjutnya akan dipergunakan dalam penulisan ini, mengingat istilahpanjang tungkai sudah merupakan istilah umum yang dipakai dalam kegiatan olah raga.
Cara pengukuran panjang tungkai di ukur mulai tinggi trochantor mayor sampai telapak kaki, trochantor mayor kira-kira pada bagian tulang yang terlebar di sebelah luar paha dan bila paha digerakan tronchantor mayor dapat diraba dibagian atas dari tulang paha yang bergerak, alat yang digunakan roll meter dengan satuan centimeter.
3.      Hakikat Power Otot Tungkai
a.         Pengertian Power Otot Tungkai
Power otot tungkai disebut juga daya eksplosif otot (muscle explosif) yang maksudnya adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk melakukan kerja secara eksplosif pada tungkai. Dalam kehidupan sehari-hari otot manusia hampir setiap saat melakukan kerja secara eksplosif baik untuk memindahkan sebagian tubuh atau seluruh tubuh dari suatu tempat ke tempat lainnya. Demikian pula dalam aktivitas fisik seperti olahraga, kerja otot atau sekelompok otot akan bekerja secara eksplosif pada saat melakukan gerakan-gerakan melompat. Jelas disini bahwa Power otot tungkai merupakan unsur yang sangat di perlukan untuk melakukan tolakan pada Frog Jump, untuk memperoleh power menolak sehingga diperoleh hasil loncatan yang baik di perlukan power otot tungkai yang mendukung. Power otot tungkai di sini mengandung pengertian bahwa suatu power atau kemampuatn otot tungkai untuk melakukan gerakan menghentak dan membawa berat badan yang selanjutnya, melakukan melayang ke atas depan dengan menggunakan kedua kaki.
Menurutt Sajoto ( 1988 : 9) power atau daya ledak otot tungkai adalah kemampuan melakukan gerakan secara eksplosif. Power adalah hasil perkalian kekuatan maksimal (force) dengan waktu pelaksanaan tersebut (P = F X T). Kombinasi antara kekuatan dan kecepatan, di perlihatkan anak – anak waktu melakukan lompatan, pukulan, lemparan, dan gerak – gerak eksplosif lainnya, yang memerlukan pengerahan tenaga separuhnya, seperti melempar benda yang berat. Suharno HP (1985 : 25)  Power otot tungkai adalah kemampuan sebuah otot atau segerombolan otot untuk mengatasi tekanan beban dengan kecepatan tinggi dalam arti gerakan yang utuh.
Menurut Harsono (2001:24) power adalah produk dari kekuatan dan kecepatan. Power adalah kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Kalau ada 2 orang individu masing-masing dapat mengangkat beban yang beratnya 50 kg, akan tetapi yang seorang dapat mengangkatnya lebih cepat dari pada yang lain, maka orang itu dikatakan mempunyai power yang lebih baik dari pada orang yang mengangkat lebih lama. Nurhasan (2005:3) Power atau daya ledak merupakan gabungan antara kecepatan dan kekuatan.
Menurut WJS Poerwadarmint yang dikutip dari skripsi Muthobiq (2012:20). Pengertian daya ledak berasal dari kata dalam bahasa Inggris yang artinya eksplosif power. Eksplosif artinya meledak atau ledakan, dan power artinya tenaga atau daya. Jadi eksplosif power adalah tenaga ledak atau daya ledak dengan kekuatan yang eksplosif..
Menurut Sukadiyanto (2005:117) Power  adalah hasil kali antara kekuatan dan kecepatan. Untuk itu urutan latihan untuk meningkatkan power diberikan setelah atlet dilatih unsur kekuatan dan kecepatan. Pada dasarnya bentruk dari latihan kekuatan dan kecepatan kedua-duanya selalu melibatkan unsur power. Pada latihan kekuatan juga dapat berpengaruh pada power, bila latihannya dengan beban ringan sampai sedang dan iramanya cepat. Terlebih pada latihan kecepatan selalu melibatkan unsur power  didalamnya, sehingga antara latihan kecepatan dan power saling mempengaruhi. Dilaksanakan di berbagai tempat, tergantung dari jenis cabang olahraganya. Namun, latihan power seringkali dilakukan di tempat yang datar, lapangan berumput atau pasir agar empuk untuk pendaratannya.
Dari berbagai pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa Power atau daya ledak otot tungkai merupakan komponen gerak yang sangat penting dalam menunjang aktivitas fisik yang bersifat eksplosif seperti gerakan lompat, karena daya ledak tungkai merupakan salah satu komponen fisik yang sangat dominan peranannya dalam setiap gerakan-gerakan eksplosif tubuh. Power otot tungkai merupakan kemampuan otot seseorang dalam melakukan sesuatu aktivitas gerak dengan perpaduan kekuatan dan kecepatan. Frog Jump bertujuan untuk melompat sejauh mungkin untuk memperoleh jarak horizontal maksimal, dan melompat setinggi mungkin untuk memperoleh jarak vertikal maksimal. Karakteristik frog jump adalah gerakan tolakan harus dilakukan dengan mengerahkan tenaga ledak / Power otot tungkai.
b.   Latihan Untuk Meningkatkan Power
Menurut Djoko Pekik Irianto (2004: 78), untuk melatih otot tungkai belakang dapat dilakukan dengan cara ambil sikap membungkuk, letakkan kedua tangan di atas tumpukan buku. Kaki kangkang selebar bahu dengan ke dua tungkai lurus, pandangan ke ujung jari kaki. Gerakkan menekan buku hingga terasa tegangan pada otot punggung bawah dan pantat. Tahan 10-20 detik dan ulangi sampai 3 kali.
Menurut Sapta Kunta Purnama (2010: 57), untuk meningkatkan power dapat dilakukan dengan latihan pliometrik. Latihan ini dapat berbentuk aktivitas meloncat atau pun gerakan melempar (prinsipnya gerakan yang dilakukan bersifat explosive), namun untuk melaksanakan latihan ini disarankan untuk mempunyai modal kekuatan  terlebih dahulu. Pelaksanaan pliometrik, khususnya yang bersifat meloncat disarankan tempatnya mendaratnya harus lembut, misalnya di tempat yang berumput agak tebal atau di matras senam (tidak di tempat yang dasar lantainya keras).
Menurut Suharno (1981: 23), untuk melatih power dapat dilakukan dengan gerakan diantaranya:
1)      Menggunakan metode weight training, imterval training, dan  repatition training
2)      Volume beban latihan dalam satu unit latihan 4 – 6 set/giliran.
3)      Intensitas beban latihan 60% ke atas dari kemampuan maksimal, sedang beban (barbel) yang diangkat 1/3 berat badan anak latih.
4)      Ulangan/frekuensi angkatan per giliran tidak boleh lebih dari 50% kemampuan maksimal ulangan.
5)      Recovery  antar set/giliran satu dengan yang lain 2 -3 menit
6)      Irama gerakan merupakan satu gerakan yang cepat, dinamis dan selaras dalam melakukan satu gerakan yang utuh.
Contoh bentuk latihan power  :
a.       Meloncat dengan meraih benda setinggi mungkin baik dengan satu tangan maupun dua tangan. Latihan ini dapat dilakukan dengan atau tanpa awalan sebelum meloncat.
b.      Meloncat dengan dua kaki, dimana lutut diusahakan menyentuh perut (lompat pagar) sebanyak 4 – 8 set/giliran, loncatan pergiliran berfrekuensi 8 – 10 kali.

4.      Hubungan antara Panjang Tungkai dengan kemampun Frog Jump
Panjang tungkai merupakan faktor penting dalam frog jump. Tungkai yang panjang mempunyai peranan sebagai penumpu dan pengungkit. Siswa yang bertungkai panjang mempunyai pusat berat badan yang lebih tinggi daripada yang bertubuh pendek.  Dengan demikian dapat dikatakan bahwa panjang tungkai merupakan salah satu variabel yang dapat digunakan untuk meramalkan keberhasilan dalam kemampuan frog jump.


5.      Hubungan antara Power Otot tungkai dengan  kemampuan Frog Jump
Hubungan antara Power Otot dengan Frog Jump adalah Frog jump dalam awalanya adalah gerakanya seperti katak waktu meloncat yaitu menggunakan kedua kaki maju kedepan. Power otot tungkai erat kaitanya dengan frog jump, hal ini disebabkan karena dalam melakukan frog jump sebanyak 2 kali dengan membutuhkan daya ledak atau power otot tungkai  yang baik sehingga dapat memberikan jangkauan yang baik karena power otot tungkai merupakan gabungan dari kekuatan dengan kecepatan. Dalam frog jump gerakannya melekung sehingga di butuhkan power otot tungkai yang baik .
Kegiatan frog jump merupakan gerakan yang dalam melakukan  loncatan  banyak memakai otot tungkai dan kaki, dengan dibantu oleh otot-otot tangan dan lengan. Gerakan frog jump dilakukan oleh otot betis (muscules gastroenemius), yang fungsinya untuk jinjit, sehingga frog jump merupakan suatu gerakan jinjit meloncat dengan irama teratur. Bukan hanya otot betis, otot paha pun turut bekerja. Pada latihan frog jump otot paha akan menahan posisi lutut menjadi agak bengkok pada waktu kaki mendarat. Selain itu masih ada sejumlah otot lain yang dilibatkan, yakni otot-otot panggul. Tugas otot-otot tersebut harus menahan agar posisi panggul tetap netral dan kaki tetap pula tegak. Untuk menegakkan badan dengan benar, otot-otot panggul bawah bekerja menahan tulang belakang, diulangi oleh otot-otot perut (abdominal) yang berkonsentrasi menjaga agar dada dan perut tegak
6.      Hubungan antara Panjang Tungkai dan Power Otot Tungkai dengan Kemampuan Forg Jump
Ada hubungan yang signifikan antara Panjang Tungkai dan Power otot Tungkai dengan kemampuan Frog Jump, hal ini di sebabkan karena dalam melakukan kemampuan frog jump siswa yang mempunyai Panjang tungkai perlu dengan power otot yang besar sehingga dalam melakukan frog jump hasil loncatanya jauh. Jika panjang tungkai tidak memerlukan power yang baik maka hasil frog jump tersebut akan mendapatkan hasil yang kurang baik. Misal, jika siswa melakukan frog jump tanpa membutukan power yang baik maka hasil maksimal hanya pada loncatan pertama saja dan loncatan seterusnya kurang memiliki power. Jadi pada dasarnya ada hubungan yang signifikan antara panjang tungkai dan power otot tungkai dengan kemampuan frog jump. Berikut adalah Hubungan antara Panjang Tungkai dan power otot tungkai dengan kemampuan frog jump :
Panjang Tungkai
Power Otot Tungkai
Kemampuan Frog Jump
 





7.      Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Menurut Endang Poerwanti dan Nur Widodo (2002: 45), masa anak akhir (late chijdhood) berlangsung sampai usia 12 tahun, masa ini disebut pula sebagai masa bermain. Kegiatan belajar pada fase ini berfungsi dalam mengembangkan kemampuan sebagai berikut:
a.    Belajar keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain seperti lari, lompat dan sebagainya;
b.    Membina sikap positif untuk dirinya sendiri;
c.    Bergaul dengan teman sebaya sesuai dengan etika moral yang berlaku dalam masyarakat;
d.   Belajar memainkan peran sesuai dengan jenis kelamin
e.    Mengembangkan dasar-dasar keterampilan membaca, menulis dan matematika;
f.     Mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari;
g.    Mengembangkan kata hari, moral, dan skala nilai yang selaras dengan keyakinan dan kebudayaan masyrakat;
h.    Mengembangkan sikap obyektif terhadap kelompok dan lembaga masyarakat;
i.      Belajar mencapai kemerdekaan dan kebebasan pribadi dan bertanggung jawab.

Menurut Rita Eka Izzaty dkk (2008: 116-117), masa kanak-kanak akhir menjadi dua fase dan masing-masing fase  tersebut memiliki ciri-ciri sendiri.
a.    Masa kelas rendah Sekolah Dasar yang berlangsung antara usia 6/7 tahun-9/10 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 1, 2, dan 3 Sekolah Dasar . Ciri-ciri anak masa kelas rendah adalah:
1)   Ada hubungan yang kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah.
2)   Suka memuji diri sendiri.
3)   Kalau tidak dapat menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan, tugas atau pekerjaannya itu dianggap tidak penting.
4)   Suka membandingkan dirinya dengan anak lain, jika hal itu menguntungkan dirinya, dan
5)   Suka meremehkan orang lain.
b.    Masa kelas tinggi Sekolah Dasar yang berlangsung antara usia 9/10 tahun-12/13 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 4, 5, dan 6 Sekolah Dasar. Ciri-ciri anak masa kelas tinggi adalah:
1)   Perhatiannya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari.
2)   Ingin tahu, ingin belajar, dan realistis.
3)   Timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus.
4)   Anak memandang bahwa nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah .
5)   Anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.
Ada beberapa karakteristik anak di usia Sekolah Dasar yang perlu diketahui para guru, agar lebih mengetahui keadaan peserta didik khususnya ditingkat Sekolah Dasar. Sebagai guru harus dapat menerapkan metode pengajaran yang sesuai dengan keadaan siswanya maka sangatlah penting bagi seorang pendidik mengetahui karakteristik siswanya. Selain karakteristik yang perlu diperhatikan kebutuhan peserta didik.
Anak SD merupakan anak dengan katagori banyak mengalami perubahan yang sangat drastis baik mental maupun fisik. Usia anak SD yang berkisar antara 6 – 12 tahun menurut Seifert dan Haffung memiliki tiga jenis perkembangan :


1.      Perkembangan Fisik Siswa SD
Mencakup pertumbuhan biologis misalnya pertumbuhan otak, otot dan
tulang. Pada usia 10 tahun baik lakilaki maupun perempuan tinggi dan berat badannya bertambah kurang lebih 3,5 kg.
c.       Usia masuk kelas satu SD atau MI berada dalam periode peralihan dari pertumbuhan cepat masa anak anak awal ke suatu fase perkembangan yanglebih lambat. Ukuran tubuh anak relatif kecil perubahannya selama tahun tahundi SD.
d.      Usia 9 tahun tinggi dan berat badan anak lakilaki dan perempuan kurang lebihsama. Sebelum usia 9 tahun anak perempuan relatif sedikit lebih pendek danlebih langsing dari anak lakilaki.
2.      Perkembangan Kognitif Siswa SD
Tahap perkembangan kognitif individu menurut Piaget melalui empat stadium:
a.    Sensorimotorik (02 tahun), bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan medorong mengeksplorasi dunianya.
b.    Praoperasional(27 tahun), anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan katakata. Tahap pemikirannya yang lebih simbolis tetapi tidak melibatkan pemikiran operasiaonal dan lebih bersifat egosentris dan intuitif ketimbang logis
c.    Operational Kongkrit (711), penggunaan logika yang memadai. Tahap ini telah memahami operasi logis dengan bantuan benda konkrit.
d.   Operasional Formal (1215 tahun). kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia
staff.uny.ac.id/sites/default/files/.../Karakteristik%20Siswa%20SD.pdf

8.      Karakteristik dengan keadaan di SDN 2 Kebutuhduwur
Karakteristik yang sesuai dengan keadaan di SDN 2 Kebutuhduwur adalah karakteristik psikpologi, mental, sikap, dan fisik. Hal ini disebabkan karena ke empat karakteristik tersebut kaitanya berhubungan erat sehingga dapat menjadikan perkembangan karakter siswa di SDN 2 Kebutuhduwur menjadi karakter yang baik, dan siswa dapat meraih cita-citanya. Dengan pondasi karakteristik yang kuat maka akan menciptakan siswa di SDN 2 Kebutuhduwur yang berpola pikir maju dan berguna bagi nusa dan bangsa.
Pada anak usia Sekolah Dasar biasanya sedang mengalami pertumbuhan baik pertumbuhan intelektual, emosional maupun pertumbuhan badaniyah, di mana kecepatan pertumbuhan anak pada masing-masing aspek tersebut tidak sama, sehingga terjadi berbagai variasi tingkat pertumbuhan dari ketiga aspek tersebut. Ini adalah suatu faktor yang menimbulkan adanya perbedaan individual pada anak-anak sekolah dasar walaupun mereka dalam usia yang sama.
Usia tingkat Sekolah Dasar yaitu dari usia enam sampai dengan usia sekitar dua belas tahun. Usia tersebut merupakan masa akhir dari masa kanak-kanak. Biasanya karakteristik yang masih melekat pada diri para siswa Sekolah Dasar ini adalah menampilkan perbedaan-perbedaan individual dalam banyak hal, seperti perbedaan dalam intelegensi, kemampuan dalam kognitif dan bahasa, perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik anak.
a.    Perkembangan Aspek Psikomotor Siswa Sekolah Dasar.
Semua kapasitas bawaan merupakan modal dasar yang sangat penting bagi kelanjutan perkembangan anak. Proses pendidikan dan pengajaran (khususnya di Sekolah), merupakan pendukung yang berarti bagi perkembangan motor atau fisik anak, terutama dalam hal perolehan kecakapan-kecakapan psikomotor anak.
Ketika anak memasuki usia Sekolah Dasar perkembangan fisiknya mulai tampak benar-benar seimbang dan proporsional. Artinya, organ-organ jasmani tumbuh serasi dan tidak lebih panjang atau lebih pendek dari yang semestinya. Gerakan-gerakan organ anak juga menjadi lincah dan terarah seiring dengan munculnya keberanian mentalnya.
Keberanian kemampuan ini, disamping karena perkembangan kapasitas mental, juga disebabkan karena adanya keseimbangan dan keselarasan gerakan organ-organ tubuh anak. Namun patut dicatat bahwa, perkembangan kemampuan fisik anak itu kurang berarti dan tak bisa meluas menjadi keterampilan-keterampilan psikomotorik yang berfaedah, tanpa usaha pendidikan dan pengajaran. Gerakan-gerakan motorik siswa akan terus meningkatkan keanekaragaman, keseimbangan, dan kekuatannya seiring dengan perkembangana usia anak.
B.     Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Supandi (2007) yang berjudul “Hubungan antara panjang tungkai, power tungkai dengan prestasi lompat tinggi gaya straddle pada siswa putra kelas V dan VI SD Negeri  Karang Talun Lor (skripsi). Metode yang dilakukan adalah metode deskriptif dengan studi korelasi. Hasil penelitian menunjukkan nilai (t) ststistik variabel panjang tungkai sebesar 2, 711 lebih besar dari nilai (t) dengan df (n-k) sebesar 2,074. Nilai sig t ststistik sebesar 0,001 lebih kecil dari nilai sebesar 0,005. Dengan demikian terjadi hubungan yang positif antara panjang tugkai dengan prestasi lompat tinggi gaya straddle. Nilai (t) statistik variabel power sebesar 2,225 lebih besar dan nilai (t) tabel dengan (n-k) sebesar 0,074. Nilai sig (t) statistik sebesar 0,02 lebih kecil dari nilai sebesar 0,05 terdapat hubungan yang positif antara power tungkai dengan prestasi lompat tinggi gaya straddle.
Penelitian yang juga relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Yohanes Jauwari (2008). Dalam penelitian yang berjudul “Hubungan antara panjang tungkai dengan prestasi Frog Jump pada siswa kelas V SD Negeri Grogol Kabupaten Bantul berjumlah 20 siswa. Dalma penelitian ini menggunakan metode survei pengukuran. Tehnik analisis yang digunakan adalah analisis product moment untuk membuktikan hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara panjang tungkai dengan prestasi Frog Jumpgaya jongkok pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Grogol Kabupaten Bantul. Hal ini dibuktikan dengan nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel (r hitung)(r tabel) yaitu    t hitung sebesar 0,540 sedangkan r tabel sebesar 0,261 dengan N sebanyak 20 siswa pada taraf signifikasi 5%.
C.    Kerangka Berpikir
Berdasarkan uraian di atas, bahwa dalam Frog Jump dibutuhkan kondisi fisik seperti panjang tungkai, daya ledak, dan kecepatan lari. Dengan kata lain seorang siswa yang memiliki panjang tungkai yang panjang, Power otot yang kuat. Melalui pembelajaran olahraga Gerak dasar atletik khususnya lompat di sekolah dapat meningkatkan kemampuan Frog jump yang maksimal. Selain faktor tersebut yang mempengaruhi hasil Frog Jump yaitu koordinasi gerak. Koordinasi (Rangkaian gerak) , semakin bagus kordinasi gerak tubuh dari anak didik  maka akan menghasilkan keluwesan dalam melakukan gerakan, sehingga mencapai hasil yang maksimal
Dari penjelasan ini memungkinkan bahwa panjang tungkai, Power otot tungkai, sangat erat hubungannya dengan kemampuan Frog Jump peserta didik. Jadi ada hubungan  antara panjang tungkai, daya ledak dengan kemampuan Frog Jump.

D.    Hipotesis
Berdasarkan landasan teori yang di uraikan di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1.      Ada hubungan yang signifikan antara  panjang tungkai dengan kemampuan  Frog Jump  siswa putra kelas IV SDN 2 Kebutuhduwur, Kecamatan Pagedongan, Kabupaten Banjarnegara
2.       Ada hubungan yang signifikan antara  Power otot tungkai dengan kemampuan  Frog Jump  siswa putra kelas IV SDN 2 Kebutuhduwur, Kecamatan Pagedongan, Kabupaten Banjarnegara”
3.      Ada hubungan yang signifikan antara  panjang tungkai dan Power Otot dengan kemampuan  Frog Jump  siswa putra kelas IV SDN 2 Kebutuhduwur, Kecamatan Pagedongan, Kabupaten Banjarnegara.














BAB III
METODE PENELITIAN

A.      Desain Penelitian

          Penelitian ini adalah penelitian korelasional dengan sesuai pengambilan data menggunakan tes dan pengukuran. Dalam metode ini peneliti berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya mengenai panjang tungkai, Power otot tungkai dengan kemampuan  Frog jump. Sesuai apa yang terjadi di lapangan.
     Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1.                Variabel Bebas (X1) dan (X2)   
2.                Variabel terikat (Y) adalah kemampuan Frog Jump.
rx.y
X1
 


rx₁.x₂. y

   Y

Y

                        
                                  
X2
rx.y
                              
Gambar: 7. Desain Penelitian
Keterangan:
 X1                              =  Variabel Bebas (Panjang Tungkai)
 X2                               =  Variabel bebas (Power Otot Tungkai)
Y                                 =  Variabel terikat (Kemampuan Frog Jump)
B.     Tempat dan waktu Penelitian
                Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Kebutuhduwur. SD Negeri 2 Kebutuhduwur merupakan sebuah sekalah dasar yang berdiri pada tahun 1963. Sekolah ini terletak di Dusun Kembaran Desa kebutuhduwur.

C.    Definisi Operasional Variabel Penelitian
             Definisi operasional yaitu penjelasan untuk memperjelas pengertian variabel penelitian, maka perlu mengemukakan definisi operasional dari setiap variabel. Adapun definisi operasional variabel penelitian ini adalah:
1.      Panjang Tungkai
Panjang Tungkai adalah ukuran panjang tungkai seseorang  yang diukur mulai dari tinggi Pinggul  sampai alas kaki. Di ukur menggunakan roll meter dengan satuan centimeter
2.      Power Otot Tungkai
Power Otot tungkai  adalah Power atau daya ledak otot tungkai merupakan kemampuan otot seseorang dalam melakukan sesuatu aktivitas gerak dengan perpaduan kekuatan dan kecepatan. Dalam penelitian ini, Power otot tungkai diukur menggunakan tes Standing Broad jump dalam satuan centimeter.
3.      Kemampuan Frog jump
Kemampuan  Frog jump adalah kemampuan meloncat ke depan yang dilakukan dengan kedua kaki sebanyak 3 kali. Frog jump di ukur menggunakan rollmeter dengan satuan centimeter.
C.    Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah  siswa kelas IV SDN 2 Kebutuduwur, Kecamatan Pagedongan Kabupaten Banjarnegara Sebanyak 25 anak.

D.    Instrumen dan Satuan Pengukuran
1.      Pengukuran Panjang Tungkai (X1)
Intrumen untuk mengukur panjang tungkai adalah Roll meter. Tujuan adalah untuk mengetahui panjang tungkai siswa, Alat yang digunakan stadio meter dengan satuan centimeter.
2.      Tes Power Otot Tungkai (X2)
Tes untuk mengukur daya ledak tungkai menggunakan Standing Broad jump. Tujuannya adalah  untuk mengetahui power otot tungkai siswa.
3.      Tes Frog Jump (Y)
Cara mengukur kemampuan Frog jump menggunakan Tes  Frog Jump,Tujuannya adalah untuk mengetahui kemapuan frog jump  siswa  alat yang digunakan yaitu stadio Meter dengan satuan Centimeter (petunjuk pelaksanaan tes dan pengukuran ada pada lampiran)
E.     Metode dan Teknik Pengumpulan Data
          Dalam penelitian ini menggunakan metode survey. Sedangkan teknik pengumpulan data  menggunakan  tes dan pengukuran. Pengambilan data di laksanakan pada satu tempat, yaitu SD Negeri 2 Kebutuhduwur Kecamatan Pagedongan Kabupaten Banjarnegara. Tes berupa pengukuran panjang tungkai, Standing Broad Jump, dan tes kemampuan Frog Jump.
Sebelum dilakukan analisis data secara menyeluruh, perlu disajikan diskripsi data penelitian terlebih dahulu. Dalam menentukan jumlah kelas, dan lebar kelas interval oleh Sugiyono (2007 : 27), digunakan rumus sebagai berikut:

            K = 1 + 3.3 log N

           dimana :
           K              = jumlah kelas
           N  = jumlah frekuensi
Sedangkan untuk menentukan lebar kelas interval dengan menggunakan rumus :
          i =                   
           dimana :
           i    = lebar interval kelas
           R  = range / jarak nilai tertinggi dengan nilai terendah
           K  = jumlah kelas

F.     Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis data makasecara menyeluruh ,maka di gunakan rumus dibawah ini :
  1. Menghitung Regresi Ganda Dua Prediktor
Analisis regresi ganda di gunakan oleh peneliti, bila peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik tururnya) variabel dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediktor di manipulasi (di naik turukan nilainya). Jadi analisis regresi ganda kan dilakukan bila jumlah variabel independennya minimal 2. Sugiyono (2006:250).
∑Y      = an + b1 ∑X1 + b2 ∑X2
∑X1Y  = a∑ X1 + b1 ∑X1 + b2 ∑X1 X2
∑X2Y  = a + ∑ X1 + b1 ∑X1 + b2 ∑X22

Untuk menghitung harga-harga dapat menghitung menggunakan persamaan sebagai berikut : (untuk regresi dua prediktor). Sugiyono (2006:250).




  1. Menghitung Koefisien Korelasi.
Korelasi ganda (multiple correlation) merupakan angka yang menunjukkan arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel secara bersama-sama atau lebih dengan variabel yang lain.  Sugiyono (2007:216)
Rumus korelasi ganda dua variabel menurut Sugiyono (2007:218) sebagai berikut:


Keterangan:
Ry.x1x2       = korelasi antara variabel X1 dengan X2 secara bersama –   sama dengan variabel Y
ryx1          = korelasi product moment antara X1 dengan Y
ryx2        = Korelasi product moment anatara X2 dengan Y
rx1x2        = korelasi product moment anatara X1 dengan X2




3.      Uji Prasyarat Analisis
a.         Penghitungan Normalitas.
Penghitungan normalitas sampel adalah pengujian terhadap normal tidaknya data yang dianalisis. Pengujian normalitas sebaran data ini menggunakan rumus menghitung Chi kuadrat oleh Suharsimi Arikunto (2010: 333).
                                   
Keterangan :
X2         = Chi Kuadrat
f0             = Frekuensi yang diobservasi
fh          = Frekuensi yang dihitung
b.      Uji Linearitas
            Uji linearitas digunakan untuk mengetahui sifat hubungan linear atau tidak antara variabel independen dan variabel dependen. Untuk keperluan uji linearitas dilakukan uji F.
         Adapun rumusnya adalah:
          
           Sutrisno Hadi (2004: 13)
         Keterangan:
F reg    : harga F untuk garis regresi
Rk reg : rerata kuadrat garis regresi
Rk res  : rerata kuadrat residu
Selanjutnya harga F dikonsultasikan dengan tabel pada taraf signifikansi 5%. Sehingga regresi dapat dinyatakan linear apabila harga F hitung lebih besar dari F tabel.


4.      Uji Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, untuk membuktikan kebenaran hipotesis. Dalam penelitian ini untuk menguji hipotesis bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas (X1, X2) dengan variabel terikat (Y) baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama.
Dalam menguji hipotesis analisis yang digunakan yaitu analisis regresi ganda dan korelasi. Adapun untuk menguji hipotesis pertama menggunakan korelasi product moment. Adapun rumusnya sebagai berikut:
 r xy =

Keterangan:

rᵪᵧ           = koefisien korelasi X dan Y
N            = jumlah sebjek
∑xy        = jumlah (X)(Y)
∑y          = jumlah Y
∑x          = jumlah X
∑x²         = jumlah kuadrat X
∑y²         = jumlah kuadratY

Sugiyono ( 2007: 213)
Setelah diketahui ada atau tidaknya hubungan antara variabel-variabel, langkah berikutnya adalah menguji hipotesis lima, yaitu mencari besarnya sumbangan masing-masing variabel bebas terhadap variabel terkaitnya, untuk mengetahuinya perlu dicari besarnya sumbangan relatif dan sumbangan efektif yang dikemukakan (Sutrisno Hadi, 2004: 36-39). Adapun rumusnya adalah:
a.    Rumus Sumbangan Relatif (SR)
SR1 =  100%
SR2 =  100%
Keterangan:
ShR%              = sumbangan relative dari suatu prediktor
b                    = koefisien prediktor
∑xy               = jumlah produk antara X dan Y
JK reg           = jumlah kwadrat regresi

b.    Rumus Sumbangan Efektif (SE)
a.    Prediktor X1
SE = SRxR²
b.    Prediktor X2
SE = SRxR²
Keterangan:
SE%         = sumbangan efektif dari suatu prediktor
SR%         = sumbangan relatif dari suatu prediktor
R²             = koefisien determinan



Tidak ada komentar:

Posting Komentar