BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Sekolah Dasar Negeri 2 Kebutuhduwur adalah
sebuah sekolah dasar yang berdiri sekitar tahun 1962, Sekolah terletak di dusun
Kembaran Desa Kebutuhduwur kecamatan Pagedongan kabupaten Banjarnegara. Hinggga
saat ini siswa terdaftar aktif tahun ajaran 2012/2013
berjumlah 135
siswa dari kelas I - VI. Orang tuanya
sebagian besar bermata pencaharian petani sehingga kehidupan siswa di SDN 2 kebutuhduwur
tergolong lemah. Pembelajaran pendidikan jasmani siswa untuk memperoleh pelajaran harus berjalan ±
200m dari sekolah karena keterbatasan sarana, prasarana, dan falitisas,
sehingga harus ke lapangan desa yang harus menyebrang jalan raya, pada musim
penghujan bahkan untuk aktivitas jasmani jarang dilakukan. dengan sarana yang
kurang memadai maka berdampak pada minat siswa yang berkurang dalam mengikuti
pembelajaran pendidikan jasmani di karenakan menempuh jarak yang cukup jauh.
Sekolah Dasar Negeri 2 Kebutuhduwur
pada umumnya pembelajaran pendidikannya adalah membaca, menulis, menghitung
akan tetapi selain di atas masih ada pendidikan jasmani yang di dalamnya meliputi, senam, permainan, atletik dll.
Dalam pendidikan jasmani itu sendiri bertujuan pokok untuk meningkatkan
kebugaran jasmani siswa sekolah dasar
sehingga pembelajaran disekolah dapat tercapai dengan baik. Kurikulum kelas IV
semester genap terdapat pembelajaran gerak dasar lompat, loncat, dan lempar. Berdasarkan kurikulum KTSP (2007: 2-3),
Ruang
lingkup pembelajaran di Sekolah Dasar pada umumnya memiliki 7 (tujuh) ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan
Jasmani Olahraga dan Kesehatan yang meliputi
aspek-aspek sebagai berikut. 1) Permainan dan
olahraga, 2) Aktivitas
pengembangan, 3) Aktivitas
senam, 4) Aktivitas
ritmik, 5) Aktivitas air, 6) Pendidikan luar kelas, 7) Kesehatan.
Frog
Jump merupakan implementasi gerak dasar loncat yang dalam Standar
Kompetensinnya berbunyi : “Mempraktikkan
gerak dasar ke dalam permainan dan olahraga dan nilai-nilai yang terkandung
didalamnya”. dan dalam
Kompetensi dasarnya berbunyi : “Mempraktikkan gerak
dasar atletik yang dimodifikasi: lompat,
loncat dan lempar, dengan memperhatikan nilai-nilai pantang menyerah,
sportifitas, percaya diri, dan kejujuran”
Karena dalam pembelajaran di sekolah dasar hanya ada gerak dasar.
Frog jump dapat di lakukanya siswa
sebanyak 3 kali dan dapat diulang ulang karena hanya dalam pembelajaran dan
tidak mengacu pada prestasi siswa untuk mengikuti perlombaan.
Dalam
frog
jump banyak menggunakan daya fisik, tetapi
tidak lepas dari faktor faktor teknik, karena teknik yang baik akan menunjang
efisiensi dalam penggunaan daya sehingga akan meningkatkan keefektifan didalam
gerakan untuk menunjang prestasi. Daya ini dapat dikembangkan dari awalan yang
cepat dan loncat
ke atas yang kuat dari balok tolakan”.
Dengan
demikian untuk mendapatkan loncatan
yang optimal haruslah ditunjang fisik yang baik, khususnya power (daya tolakan) dari tungkai yang kuat. Selain itu tentunya
harus ditunjang ketrampilan teknik gerakan yang baik. Jadi untuk dapat mencapai
dan meningkatkan kemampuan frog jump.
harus dikembangkan unsur fisik, terutama kecepatan dan power untuk melakukan tolakan.
Tungkai
merupakan bagian anatomi dari manusia yang dapat menghasilkan tolakan dan loncatan
yang baik. Dengan demikian, apakah bagi seorang siswa
yang memiliki postur tubuh yang tinggi dan tungkai yang panjang akan mempengaruhi siswa dalam melakukan Frog Jump tersebut, Hal ini dikarenakan
dalam observasi banyak siswa memiliki tungkai panjang mampu melakukan frog jump dengan baik. Bagi
para guru Penjasorkes harus ketat dan
objektif menilai dan memilih anak didiknya yang baik. Tetapi untuk lebih
meningkatkan hasil pembelajaran juga perlu didukung oleh faktor-faktor sarana
dan prasarana olahraga seperti; lapangan olahraga yang memadai dan peralatan
olahraga yang lengkap dan memadai.
Power otot tungkai merupakan suatu
unsur diantara unsur-unsur komponen kondisi fisik yaitu kemampuan biomotorik
manusia, yang dapat ditingkatkan sampai batas – batas tertentu dengan
melakukan latihan-latihan yang sesuai.
Dengan Kemampuan Power otot tungkai yang
baik apakah akan mempengaruhi siswa untuk mencapai loncatan yang optimal. Dalam
faktanya di lapangan pada gerakan Frog Jump, power otot tungkai menghasilkan gerakan menyerupai garis lengkung.
Berdasarkan pengamatan dalam hal pelaksanaan
pembelajaran frog jump di tahun
2012/2013 bagi siswa kelas IV SD Negeri 2 Kebutuhduwur Kecamatan Pagedongan
Banjarnegara, terlihat penerapan pembelajaran masih monoton, dalam pembelajaran
frog jump siswa terlihat kurang
aktif, karena dalam melakukan pembelajaran frog
jump hanya melihat hasil dari pada proses. Jenis pembelajaran frog jump yang bervariasi dengan
pengembangan panjang tungkai dan power
otot tungkai belum diterapkan bagi siswa kelas IV SD Negeri 2 Kebutuhduwur
Kecamatan Pagedongan Banjarnegara. Dengan metode pembelajaran yang bervariasi,
di harapakan siswa kelas IV SD Negeri 2 Kebutuhduwur Kecamatan Pagedongan
Banjarnegara akan lebih termotivasi dan tidak merasa bosan dalam mengikuti
program pembelajaran frog jump.
Motivasi pembelajaran yang tinggi dan perasaan yang senang dalam mengikuti
program pembelajaran, diharapakan akan berdampak pada hasil prestasi frog jump siswa kelas IV SD Negeri 2 Kebutuhduwur
Kecamatan Pagedongan Banjarnegara menjadi lebih baik.
Dari
permasalahan tersebut, penulis memilih bagian terkecil dari sekian banyak
permasalahan yang ada pada masa sekarang ini serta tertarik meneliti Hubungan antara Panjang Tungkai dan Power Otot Tungkai dengan
Kemampuan Frog Jump
siswa kelas IV
SDN 2 Kebutuh duwur
B.
Identifikasi
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah tersebut,
maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :
1.
Pelaksanaan program
pembelajaran frog jump kurang
variatif dan terlihat masih monoton.
2.
Kurangnya alat –
alat penjas di SDN 2 Kebutuhduwur
Kecamatan Pagedongan Kabupaten Banjarnegara.
3.
Belum diketahuinya hubungan panjang tungkai dengan kemampuan frog
jump siswa kelas IV SDN 2 Kebutuh duwur Kecamatan Pagedongan Kabupaten
Banjarnegara.
4.
Belum diketahuinya hubungan
Power Otot Tungkai dengan kemampuan frog jump siswa kelas IV SDN
2 Kebutuh duwur Kecamatan Pagedongan Kabupaten
Banjarnegara.
5.
Belum diketahuinya Hubungan antara Panjang Tungkai dan Power
Otot Tungkai dengan Kemampuan Frog Jump
siswa kelas IV
SDN 2 Kebutuhduwur
Kecamatan Pagedongan
Kabupaten Banjarnegara.
C.
Batasan
Masalah
Agar
permasalahan tidak terlalu meluas, sehingga menimbulkan penafsiran yang
berbeda-beda, maka penulis memberikan batasan masalah yang akan diteliti yaitu:
Hubungan antara Panjang Tungkai dan Power
Otot Tungkai dengan Kemampuan Frog Jump
siswa kelas IV
SDN 2 Kebutuhduwur
Kecamatan Pagedongan
Kabupaten Banjarnegara.
D.
Rumusan
Masalah
Sesuai
dengan batasan masalah di atas maka dapat ditarik sebuah rumusan masalah yaitu,
“Adakah Hubungan antara Panjang Tungkai dan Power Otot Tungkai dengan
Kemampuan Frog Jump
siswa kelas IV
SDN 2 Kebutuhduwur
Kecamatan Pagedongan
Kabupaten Banjarnegara ”
E. Tujuan Penelitian
Adapun
tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1.
Untuk
mengetahui Hubungan antara Panjang Tungkai
dengan Kemampuan Frog Jump
pada siswa kelas IV SDN 2 Kebutuhduwur
Kecamatan Pagedongan
Kabupaten Banjarnegara”
2.
Untuk mengetahui
Hubungan antara Power Otot Tungkai dengan Kemampuan Frog Jump pada
siswa kelas IV
SDN 2 Kebutuhduwur
Kecamatan Pagedongan
Kabupaten Banjarnegara”
3.
Untuk mengetahui
Hubungan antara Panjang Tungkai dan Power
Otot Tungkai dengan Kemampuan Frog Jump
pada siswa kelas IV SDN 2 Kebutuhduwur Kecamatan Pagedongan Kabupaten
Banjarnegara.
F. Manfaat Penelitian
Dengan diketahuinya Hubungan antara Panjang Tungkai dan
Power Otot Tungkai dengan
Kemampuan Frog Jump
siswa kelas IV
SDN 2 Kebutuhduwur
Kecamatan Pagedongan
Kabupaten Banjarnegara ,
maka dapat bermanfaat:
1.
Secara Teoritik
Hasil penelitian
dapat membuktikan secara ilmiah tentang
Hubungan antara Panjang Tungkai dan Power Otot Tungkai dengan
Kemampuan Frog Jump
siswa kelas IV
SDN 2 Kebutuhduwur
Kecamatan Pagedongan
Kabupaten Banjarnegara.
2.
Secara Praktis,
Hasil
penelitian ini akan memberikan informasi tentang hasil Hubungan antara Panjang Tungkai dan Power Otot Tungkai dengan
Kemampuan Frog Jump,
a.
Bagi siswa.
1)
dapat mengetahui kemampuan lompatnya.
2)
Meningkatkan
kemampuan dan ketrampilan gerak dasar.
3)
Meningkatkan
pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik.
4)
Meletakan landasan
karakter moral yang kuat melalui nilai nilai yang terkandung di dalam
pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan.
b.
Bagi guru.
Digunakan
sebagai tolak ukur untuk memberikan latihan-latihan yang mendukung meningkatkan
kemampuan Frog Jump
dan meningkatkan kredibilitas sekolah sehingga mampu mencapai tujuan prestasi
yang diharapkan.
c.
Dapat memberikan
sumbangan kepada SDN 2 Kebutuhduwur
dalam meningkatkan kualitas pendidikan jasmani.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1.
Hakikat
Frog Jump
Loncatan itu merupakan suatu bagian
yang penting dalam dunia gerak manusia. Anak – anak pada umumnya suka meloncat
- loncat untuk menyatakan kegembiraanya
dan kesukaanya untuk bergerak. Pada umumnya pula manusia itu mempunyai sifat
ingin mempertinggi kecakapan dan ketangkasan, yang lama kelamaan berubah
menjadi perlombaan melawan sesamanya. Dengan jalan demikian, terciptalah
pertandingan – pertandingan, seperti yang kita kenal sekarang, di antaranya
pertandingan tersebut, terdapat bagian
yang disebut meloncat. Frog Jump
merupakan salah satu gerak dasar lompat yang terdiri dari unsur – unsur
tumpuan, melayang, dan awalan.ketiga unsur ini merupakan satu kesatuan, yaitu
urutan gerakan loncat yang tidak terputus.
Gambar 1. Gerakan
keseluruhan Frog Jump
Menurut Charles Gozzoli Dkk yang di kutip dari skripsi Hafid Kurniawan
(2012:5) Frog Jump merupakan salah
satu dari 14 cabang olahraga dalam atletik anak. Loncat katak atau nama lainnya
disebut sebagai lompat jongkok ke depan merupakan jenis cabang olahraga dalam
atletik anak yang dibentuk badan organisasi atletik tingkat dunia yang
disingkat IAAF. Kids Athletic adalah cabang olahraga atletik khusus
untuk anak-anak yang di lakukan secara individu maupun kelompok dalam bentuk perlombaan
sehingga melatih anak untuk berkompetisi dalam permainan yang menyenangkan.
Awalan dalam loncat katak gerakannya sama seperti katak waktu meloncat yaitu
menggunakan kedua kaki untuk maju ke depan. Latihan frog jump yaitu
dimulai dengan berdiri pada dua kaki selebar bahu, kemudian melakukan lompatan
ke depan tanpa menggunakan penghalang tetapi lompatan ini dilakukan
dengansejauh-jauhnya. Gerakan frog jump dilakukan dengan kaki ditekuk
dan mendarat pada dua kaki, badan harus tetap pada garis lurus.
Menurut Lia Lumintuarso (2011:64) Loncat
katak atau lompat jauh dari berdiri adalah seorang peserta melakukan loncat
katak tiga kali berturut turut dengan bertumpu dan mendarat pada dua kaki.
Petugas memberi tanda bagian tubuh yang terdekat dari garis awalan (tumit).
Bila peserta jatuh kebelakang maka tandanya adalah pada tangan yang dekat
dengan garis start. Titik pendaratan pertama adalah titik awal loncat peserta
kedua dan seterusnya.
Gambar 2
Gerakan keseluruhan
frog jump
Ria Lumintiarso
(2011:62)
Loncat Katak adalah seorang peserta melakukan “loncat katak” tiga kali berturut-turut dengan
bertumpu dan mendarat dua kaki dan Petugas memberi tanda bagian tubuh yang
terdekat dari garis start (tumit). Bila peserta jatuh ke belakang maka tandanya
adalah pada tangan yang dekat dengan garis start. Titik pendaratan peserta
pertama adalah titik awal lompat peserta kedua dan seterusnya. blog.uny.ac.id/margono/2010
Dari berbagai pendapat diatas dapat
di tarik kesimpulan bahwa frog jump adalah loncat kedepan yang dilakukan dengan
kedua kaki dan mengangkat badan sejauh-jauhnya sebanyak tiga kali secara berturut-turut dengan menggunakan power atau daya ledak otot tungkai.
2.
Hakikat
Panjang Tungkai
Menurut
Roger Watson ( 1997 : 176 ) Panjang tungkai
terdiri dari tungkai atas, tungkai bawah dan kaki. Tungkai bawah seperti tulang
femur, tulang tibia, tulang fibula, dan tulang tarsal. Tulang femur adalah tulang terpanjang dan terkuat pada
manusia, ujung tulang ini mempunyai kepala berbentuk hemiferis yang berartikulasi dengan asetabulum pinggul. Tulang tibia
adalah tulang yang terkuat dari kedua tulangtungkai bawah yang teleak di sisi
dalam atau sisi medial, tulang fibula
tulang yang berbentuk sangat ramping di banding tulang tibia yang terletak di
sisi luar tungkai bawah, sedangkan tulang tarsal terdiri dari 7 tulang yang
membentuk pasterior kaki seperti : tulang kuneifrrom,
navikular, talus, kalkaneus, kuboid,
tulang metatarsal, falanges.
Gambar
3, Tulang
Femur
Roger Watson (1997:176)
Gambar
4. Tulang
Fibula dan Tibia
Roger Watson (1997:177)
Gambar
4. Kaki
Roger Watson (1997:178)
Menurut
Amari yang dikutip dari skripsi Tobiq
(2012:19) Panjang tungkai adalah ukuran panjang tungkai seseorang mulai dari
alas kaki sampai trochantor mayor, kira-kira
pada bagian tulang yang terlebar di sebelah luar paha dan bila paha digerakkan tronchantor mayor dapat diraba dibagian
atas dari tulang paha yang bergerak.
Menurut ucup (2000:65)
Tungkai (lower limb) di bentuk oleh
tulang tungkai atas/paha (os. Fermoris/femur). dan tungkai bawah yang
terdiri (os. Tibia), dan tl. Betis (fibula), dan tulang kaki (ossa pedis/foot bones). Tim Anatomi FIK UNY
(1994: 14) berpendapat bahwa panjang tungkai terdiri dari :
1.
Panjang tungkai atas
merupakan jarak antara spina iliaca
dan titik tibial. Titik tibial merupakan titik tengah dari garis
mendatar dibagian lutut, lebih tepat lagi bagian atas dan batas tengah dari condylus tibialis, terletak di permukaan
apex patella inferior. Sering untuk
menentukan titik ini pertama-tama membengkokkan tungkai dan kemudian melebarkan
lutut. Tungkai atas dapat juga diukur antara titik tibial dan batas atas trochanter
mayor.
2.
Panjang tungkai Bawah
Panjang tungkai bawah merupakan jarak
antara titik tibial dan titik malleolar, atau titik tibial sampai dengan titik terendah dari malleolus medialis.
Bagi seorang siswa yang memiliki
proporsi badan tinggi biasanya diikuti dengan ukuran tungkai yang panjang,
meskipun hal itu tidak selalu demikian. Ukuran tungkai yang panjang tidak
selalu memberikan keuntungan dalam jangkauan langkahnya, hal ini dikarenakan
kelincahan masih dibutuhkan komponen pendukung lain yang diperlukan untuk
membantu dalam mencapai jangkauan langkah yang panjang.
Gambar. 5: Letak Pengukuran Panjang Tungkai
Anatomi UNY (2007:24)
Komponen yang di butuhkan mendukung
jangkauan langkah yang panjang diantaranya adalah kemampuan biomotor, teknik, koordinasi, serta
proporsi fisik yang bagus di dalamnya, sehingga semakin panjang tungkainya akan
dapat diikuti dengan jangkauan langkah yang semakin panjang sehingga waktu yang
diperlukan untuk menempuh suatu jarak tertentu dalam lari akan semakin pendek,
dengan kata lain waktu tempuhnya menjadi lebih cepat dan energi yang
dikeluarkan semakin sedikit.
Dengan demikian panjang tungkai yang
penulis maksudkan adalah jarak antara pangkal paha sampai dengan pangkal kaki
seseorang. Istilah ini selanjutnya akan dipergunakan dalam penulisan ini,
mengingat istilahpanjang tungkai sudah merupakan istilah umum yang dipakai
dalam kegiatan olah raga.
Cara pengukuran panjang tungkai di ukur
mulai tinggi trochantor mayor sampai
telapak kaki, trochantor mayor kira-kira pada bagian tulang yang terlebar di
sebelah luar paha dan bila paha digerakan tronchantor
mayor dapat diraba dibagian atas dari tulang paha yang bergerak, alat yang
digunakan roll meter dengan satuan centimeter.
3.
Hakikat
Power Otot Tungkai
a.
Pengertian Power Otot
Tungkai
Power otot
tungkai disebut juga daya eksplosif
otot (muscle explosif) yang maksudnya
adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk melakukan kerja secara eksplosif pada tungkai. Dalam kehidupan
sehari-hari otot manusia hampir setiap saat melakukan kerja secara eksplosif
baik untuk memindahkan sebagian tubuh atau seluruh tubuh dari suatu tempat ke
tempat lainnya. Demikian pula dalam aktivitas fisik seperti olahraga, kerja
otot atau sekelompok otot akan bekerja secara eksplosif pada saat melakukan
gerakan-gerakan melompat. Jelas disini bahwa
Power otot tungkai merupakan unsur yang sangat di perlukan untuk melakukan
tolakan pada Frog Jump, untuk
memperoleh power menolak sehingga
diperoleh hasil loncatan yang baik di perlukan power otot tungkai yang mendukung. Power otot tungkai di sini mengandung pengertian bahwa suatu power atau kemampuatn otot tungkai untuk
melakukan gerakan menghentak dan membawa berat badan yang selanjutnya,
melakukan melayang ke atas depan dengan menggunakan kedua kaki.
Menurutt Sajoto ( 1988 : 9) power atau
daya ledak otot tungkai adalah kemampuan melakukan gerakan secara eksplosif. Power adalah hasil perkalian kekuatan maksimal (force) dengan waktu pelaksanaan tersebut
(P = F X T). Kombinasi antara kekuatan dan kecepatan, di perlihatkan anak –
anak waktu melakukan lompatan, pukulan, lemparan, dan gerak – gerak eksplosif
lainnya, yang memerlukan pengerahan tenaga separuhnya, seperti melempar benda yang
berat. Suharno HP (1985 : 25)
Power otot tungkai adalah
kemampuan sebuah otot atau segerombolan otot untuk mengatasi tekanan beban
dengan kecepatan tinggi dalam arti gerakan yang utuh.
Menurut
Harsono (2001:24) power adalah produk
dari kekuatan dan kecepatan. Power adalah
kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya. Kalau ada 2 orang individu masing-masing dapat mengangkat
beban yang beratnya 50 kg, akan tetapi yang seorang dapat mengangkatnya lebih
cepat dari pada yang lain, maka orang itu dikatakan mempunyai power yang lebih baik dari pada orang
yang mengangkat lebih lama. Nurhasan
(2005:3) Power atau daya ledak
merupakan gabungan antara kecepatan dan kekuatan.
Menurut WJS
Poerwadarmint yang dikutip dari skripsi Muthobiq (2012:20). Pengertian daya
ledak berasal dari kata dalam bahasa Inggris yang artinya eksplosif power. Eksplosif
artinya meledak atau ledakan, dan power artinya tenaga atau daya. Jadi eksplosif power adalah tenaga ledak atau
daya ledak dengan kekuatan yang eksplosif..
Menurut
Sukadiyanto (2005:117) Power adalah hasil kali antara kekuatan dan
kecepatan. Untuk itu urutan latihan untuk meningkatkan power diberikan setelah atlet dilatih unsur kekuatan dan kecepatan.
Pada dasarnya bentruk dari latihan kekuatan dan kecepatan kedua-duanya selalu
melibatkan unsur power. Pada latihan
kekuatan juga dapat berpengaruh pada power,
bila latihannya dengan beban ringan sampai sedang dan iramanya cepat. Terlebih
pada latihan kecepatan selalu melibatkan unsur power didalamnya, sehingga
antara latihan kecepatan dan power saling
mempengaruhi. Dilaksanakan di berbagai tempat, tergantung dari jenis cabang
olahraganya. Namun, latihan power seringkali
dilakukan di tempat yang datar, lapangan berumput atau pasir agar empuk untuk
pendaratannya.
Dari berbagai
pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa Power atau daya ledak otot tungkai merupakan komponen gerak yang
sangat penting dalam menunjang aktivitas fisik yang bersifat eksplosif seperti
gerakan lompat, karena daya ledak tungkai merupakan salah satu komponen fisik
yang sangat dominan peranannya dalam setiap gerakan-gerakan eksplosif tubuh. Power otot tungkai merupakan kemampuan
otot seseorang dalam melakukan sesuatu aktivitas gerak dengan perpaduan
kekuatan dan kecepatan. Frog Jump
bertujuan untuk melompat sejauh mungkin untuk memperoleh jarak horizontal
maksimal, dan melompat setinggi mungkin untuk memperoleh jarak vertikal
maksimal. Karakteristik frog jump
adalah gerakan tolakan harus dilakukan dengan mengerahkan tenaga ledak / Power otot tungkai.
b.
Latihan Untuk Meningkatkan Power
Menurut Djoko Pekik Irianto (2004: 78), untuk melatih
otot tungkai belakang dapat dilakukan dengan cara ambil sikap membungkuk,
letakkan kedua tangan di atas tumpukan buku. Kaki kangkang selebar bahu dengan
ke dua tungkai lurus, pandangan ke ujung jari kaki. Gerakkan menekan buku
hingga terasa tegangan pada otot punggung bawah dan pantat. Tahan 10-20 detik
dan ulangi sampai 3 kali.
Menurut Sapta Kunta Purnama (2010: 57), untuk
meningkatkan power dapat dilakukan
dengan latihan pliometrik. Latihan
ini dapat berbentuk aktivitas meloncat atau pun gerakan melempar (prinsipnya
gerakan yang dilakukan bersifat explosive),
namun untuk melaksanakan latihan ini disarankan untuk mempunyai modal
kekuatan terlebih dahulu. Pelaksanaan pliometrik, khususnya yang bersifat
meloncat disarankan tempatnya mendaratnya harus lembut, misalnya di tempat yang
berumput agak tebal atau di matras senam (tidak di tempat yang dasar lantainya
keras).
Menurut Suharno (1981: 23), untuk melatih power dapat dilakukan dengan gerakan
diantaranya:
1)
Menggunakan metode weight training, imterval training, dan
repatition training
2)
Volume beban
latihan dalam satu unit latihan 4 – 6 set/giliran.
3)
Intensitas beban
latihan 60% ke atas dari kemampuan maksimal, sedang beban (barbel) yang
diangkat 1/3 berat badan anak latih.
4)
Ulangan/frekuensi
angkatan per giliran tidak boleh lebih dari 50% kemampuan maksimal ulangan.
5)
Recovery antar set/giliran satu dengan yang lain 2 -3
menit
6)
Irama gerakan merupakan
satu gerakan yang cepat, dinamis dan selaras dalam melakukan satu gerakan yang
utuh.
Contoh bentuk latihan power
:
a.
Meloncat dengan
meraih benda setinggi mungkin baik dengan satu tangan maupun dua tangan.
Latihan ini dapat dilakukan dengan atau tanpa awalan sebelum meloncat.
b.
Meloncat dengan dua
kaki, dimana lutut diusahakan menyentuh perut (lompat pagar) sebanyak 4 – 8
set/giliran, loncatan pergiliran berfrekuensi 8 – 10 kali.
4.
Hubungan antara Panjang Tungkai dengan
kemampun Frog Jump
Panjang tungkai merupakan faktor penting dalam frog jump. Tungkai
yang panjang mempunyai peranan sebagai penumpu dan pengungkit. Siswa yang bertungkai panjang mempunyai
pusat berat badan yang lebih tinggi daripada yang bertubuh pendek. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa panjang tungkai merupakan salah satu variabel
yang dapat digunakan untuk meramalkan keberhasilan dalam kemampuan frog jump.
5.
Hubungan antara Power
Otot tungkai dengan kemampuan Frog Jump
Hubungan antara Power Otot dengan Frog Jump adalah Frog jump dalam awalanya adalah gerakanya seperti
katak waktu meloncat yaitu menggunakan kedua kaki maju kedepan. Power otot tungkai erat kaitanya dengan
frog jump, hal ini disebabkan karena dalam melakukan frog jump sebanyak 2 kali dengan membutuhkan daya ledak atau power otot tungkai yang baik sehingga dapat memberikan jangkauan
yang baik karena power otot tungkai
merupakan gabungan dari kekuatan dengan kecepatan. Dalam frog jump gerakannya melekung sehingga di butuhkan power otot tungkai yang baik .
Kegiatan frog jump merupakan gerakan yang dalam melakukan loncatan
banyak memakai otot tungkai dan kaki, dengan dibantu oleh otot-otot
tangan dan lengan. Gerakan frog jump dilakukan oleh otot betis (muscules
gastroenemius), yang fungsinya untuk jinjit, sehingga frog jump merupakan suatu gerakan jinjit meloncat
dengan irama teratur. Bukan hanya otot betis, otot paha pun turut bekerja. Pada
latihan frog jump otot paha akan menahan posisi lutut
menjadi agak bengkok pada waktu kaki mendarat. Selain itu masih ada sejumlah
otot lain yang dilibatkan, yakni otot-otot panggul. Tugas otot-otot tersebut
harus menahan agar posisi panggul tetap netral dan kaki tetap pula tegak. Untuk
menegakkan badan dengan benar, otot-otot panggul bawah bekerja menahan tulang
belakang, diulangi oleh otot-otot perut (abdominal) yang berkonsentrasi menjaga
agar dada dan perut tegak
6.
Hubungan antara Panjang Tungkai dan Power Otot Tungkai dengan Kemampuan Forg Jump
Ada hubungan yang
signifikan antara Panjang Tungkai dan
Power otot Tungkai dengan kemampuan Frog
Jump, hal ini di sebabkan karena dalam melakukan kemampuan frog jump siswa yang mempunyai Panjang
tungkai perlu dengan power otot yang
besar sehingga dalam melakukan frog jump
hasil loncatanya jauh. Jika panjang tungkai tidak memerlukan power yang baik
maka hasil frog jump tersebut akan
mendapatkan hasil yang kurang baik. Misal, jika siswa melakukan frog jump tanpa membutukan power yang baik maka hasil maksimal
hanya pada loncatan pertama saja dan loncatan seterusnya kurang memiliki power. Jadi pada dasarnya ada hubungan
yang signifikan antara panjang tungkai dan power
otot tungkai dengan kemampuan frog jump.
Berikut adalah Hubungan antara Panjang Tungkai dan power otot tungkai dengan
kemampuan frog jump :
Panjang
Tungkai
|
Power Otot Tungkai
|
Kemampuan Frog Jump
|
7. Karakteristik Siswa Sekolah
Dasar
Menurut Endang Poerwanti dan Nur Widodo (2002: 45), masa
anak akhir (late chijdhood)
berlangsung sampai usia 12 tahun, masa ini disebut pula sebagai masa bermain.
Kegiatan belajar pada fase ini berfungsi dalam mengembangkan kemampuan sebagai
berikut:
a.
Belajar keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain
seperti lari, lompat dan sebagainya;
b.
Membina sikap positif untuk dirinya sendiri;
c.
Bergaul dengan teman sebaya sesuai dengan etika moral
yang berlaku dalam masyarakat;
d.
Belajar memainkan peran sesuai dengan jenis kelamin
e.
Mengembangkan dasar-dasar keterampilan membaca, menulis
dan matematika;
f.
Mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari;
g.
Mengembangkan kata hari, moral, dan skala nilai yang
selaras dengan keyakinan dan kebudayaan masyrakat;
h.
Mengembangkan sikap obyektif terhadap kelompok dan
lembaga masyarakat;
i.
Belajar mencapai kemerdekaan dan kebebasan pribadi dan
bertanggung jawab.
Menurut
Rita Eka Izzaty dkk (2008: 116-117),
masa kanak-kanak akhir menjadi dua fase dan masing-masing fase tersebut memiliki ciri-ciri sendiri.
a. Masa kelas
rendah Sekolah Dasar yang berlangsung antara usia 6/7 tahun-9/10 tahun,
biasanya mereka duduk di kelas 1, 2, dan 3 Sekolah Dasar . Ciri-ciri anak masa
kelas rendah adalah:
1) Ada
hubungan yang kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah.
2) Suka
memuji diri sendiri.
3) Kalau
tidak dapat menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan, tugas atau pekerjaannya
itu dianggap tidak penting.
4) Suka
membandingkan dirinya dengan anak lain, jika hal itu menguntungkan dirinya, dan
5) Suka
meremehkan orang lain.
b. Masa
kelas tinggi Sekolah Dasar yang berlangsung antara usia 9/10 tahun-12/13 tahun,
biasanya mereka duduk di kelas 4, 5, dan 6 Sekolah Dasar. Ciri-ciri anak masa
kelas tinggi adalah:
1) Perhatiannya
tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari.
2) Ingin
tahu, ingin belajar, dan realistis.
3) Timbul
minat pada pelajaran-pelajaran khusus.
4) Anak
memandang bahwa nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di
sekolah .
5) Anak-anak
suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain bersama, mereka
membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.
Ada beberapa karakteristik anak di usia Sekolah Dasar yang perlu diketahui
para guru, agar lebih mengetahui keadaan peserta didik khususnya ditingkat
Sekolah Dasar. Sebagai guru harus dapat menerapkan metode pengajaran yang sesuai
dengan keadaan siswanya maka sangatlah penting bagi seorang pendidik mengetahui
karakteristik siswanya. Selain karakteristik yang perlu diperhatikan kebutuhan
peserta didik.
Anak SD merupakan anak dengan katagori banyak mengalami perubahan yang
sangat drastis baik mental maupun fisik. Usia anak SD yang berkisar antara 6 –
12 tahun menurut Seifert dan Haffung memiliki tiga jenis perkembangan :
1.
Perkembangan Fisik
Siswa SD
Mencakup pertumbuhan biologis misalnya pertumbuhan otak, otot dan
tulang. Pada usia
10 tahun baik laki‐laki maupun perempuan
tinggi dan berat badannya bertambah kurang lebih 3,5 kg.
c.
Usia masuk kelas satu
SD atau MI berada dalam periode peralihan dari pertumbuhan cepat masa anak anak
awal ke suatu fase perkembangan yanglebih lambat. Ukuran tubuh anak relatif
kecil perubahannya selama tahun tahundi SD.
d.
Usia 9 tahun tinggi
dan berat badan anak laki‐laki dan perempuan
kurang lebihsama. Sebelum usia 9 tahun anak perempuan relatif sedikit lebih
pendek danlebih langsing dari anak laki‐laki.
2.
Perkembangan Kognitif
Siswa SD
Tahap
perkembangan kognitif individu menurut Piaget melalui empat stadium:
a.
Sensorimotorik
(0‐2
tahun), bayi lahir
dengan sejumlah refleks bawaan medorong mengeksplorasi dunianya.
b.
Praoperasional(2‐7 tahun), anak belajar menggunakan dan merepresentasikan
objek dengan gambaran dan kata‐kata.
Tahap pemikirannya yang lebih simbolis tetapi tidak melibatkan pemikiran
operasiaonal dan lebih bersifat egosentris dan intuitif ketimbang logis
c.
Operational
Kongkrit (7‐11),
penggunaan logika yang memadai. Tahap ini telah memahami operasi logis
dengan bantuan benda konkrit.
d.
Operasional
Formal (12‐15
tahun). kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan
menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia
staff.uny.ac.id/sites/default/files/.../Karakteristik%20Siswa%20SD.pdf
8. Karakteristik dengan
keadaan di SDN 2 Kebutuhduwur
Karakteristik yang sesuai dengan keadaan di SDN 2 Kebutuhduwur adalah
karakteristik psikpologi, mental, sikap, dan fisik. Hal ini disebabkan karena
ke empat karakteristik tersebut kaitanya berhubungan erat sehingga dapat
menjadikan perkembangan karakter siswa di SDN 2 Kebutuhduwur menjadi karakter yang baik, dan
siswa dapat meraih cita-citanya. Dengan pondasi karakteristik yang kuat maka
akan menciptakan siswa di SDN 2 Kebutuhduwur
yang berpola pikir maju dan berguna bagi nusa dan bangsa.
Pada anak usia Sekolah Dasar biasanya sedang mengalami
pertumbuhan baik pertumbuhan intelektual, emosional maupun pertumbuhan
badaniyah, di mana kecepatan pertumbuhan anak pada masing-masing aspek tersebut
tidak sama, sehingga terjadi berbagai variasi tingkat pertumbuhan dari ketiga
aspek tersebut. Ini adalah suatu faktor yang menimbulkan adanya perbedaan
individual pada anak-anak sekolah dasar walaupun mereka dalam usia yang sama.
Usia tingkat Sekolah Dasar yaitu dari usia enam sampai
dengan usia sekitar dua belas tahun. Usia tersebut merupakan masa akhir dari
masa kanak-kanak. Biasanya karakteristik yang masih melekat pada diri para
siswa Sekolah Dasar ini adalah menampilkan perbedaan-perbedaan individual dalam
banyak hal, seperti perbedaan dalam intelegensi, kemampuan dalam kognitif dan
bahasa, perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik anak.
a.
Perkembangan Aspek
Psikomotor Siswa Sekolah Dasar.
Semua
kapasitas bawaan merupakan modal dasar yang sangat penting bagi kelanjutan
perkembangan anak. Proses pendidikan dan pengajaran (khususnya di Sekolah),
merupakan pendukung yang berarti bagi perkembangan motor atau fisik anak,
terutama dalam hal perolehan kecakapan-kecakapan psikomotor anak.
Ketika
anak memasuki usia Sekolah Dasar perkembangan fisiknya mulai tampak benar-benar
seimbang dan proporsional. Artinya, organ-organ jasmani tumbuh serasi dan tidak
lebih panjang atau lebih pendek dari yang semestinya. Gerakan-gerakan organ
anak juga menjadi lincah dan terarah seiring dengan munculnya keberanian
mentalnya.
Keberanian
kemampuan ini, disamping karena perkembangan kapasitas mental, juga disebabkan
karena adanya keseimbangan dan keselarasan gerakan organ-organ tubuh anak.
Namun patut dicatat bahwa, perkembangan kemampuan fisik anak itu kurang berarti
dan tak bisa meluas menjadi keterampilan-keterampilan psikomotorik yang
berfaedah, tanpa usaha pendidikan dan pengajaran. Gerakan-gerakan motorik siswa
akan terus meningkatkan keanekaragaman, keseimbangan, dan kekuatannya seiring
dengan perkembangana usia anak.
B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang relevan
dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Supandi (2007) yang
berjudul “Hubungan antara panjang tungkai, power tungkai dengan prestasi lompat
tinggi gaya straddle pada siswa putra kelas V dan VI SD Negeri Karang Talun Lor (skripsi). Metode yang
dilakukan adalah metode deskriptif dengan studi korelasi. Hasil penelitian
menunjukkan nilai (t) ststistik variabel panjang tungkai sebesar 2, 711 lebih
besar dari nilai (t) dengan df (n-k) sebesar 2,074. Nilai sig t ststistik
sebesar 0,001 lebih kecil dari nilai ¶ sebesar 0,005. Dengan demikian terjadi hubungan yang positif
antara panjang tugkai dengan prestasi lompat tinggi gaya straddle. Nilai (t)
statistik variabel power sebesar 2,225 lebih besar dan nilai (t) tabel dengan
(n-k) sebesar 0,074. Nilai sig (t) statistik sebesar 0,02 lebih kecil dari
nilai ¶ sebesar 0,05 terdapat hubungan yang positif antara power
tungkai dengan prestasi lompat tinggi gaya straddle.
Penelitian yang juga
relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Yohanes
Jauwari (2008). Dalam penelitian yang berjudul “Hubungan antara panjang tungkai
dengan prestasi Frog Jump pada siswa kelas V SD Negeri Grogol Kabupaten Bantul
berjumlah 20 siswa. Dalma penelitian ini menggunakan metode survei pengukuran.
Tehnik analisis yang digunakan adalah analisis product moment untuk membuktikan
hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang
signifikan antara panjang tungkai dengan prestasi Frog Jumpgaya jongkok pada
siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Grogol Kabupaten Bantul. Hal ini dibuktikan
dengan nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel (r hitung)(r
tabel) yaitu t hitung sebesar
0,540 sedangkan r tabel sebesar 0,261 dengan N sebanyak 20 siswa
pada taraf signifikasi 5%.
C.
Kerangka Berpikir
Berdasarkan uraian di atas, bahwa dalam Frog Jump dibutuhkan kondisi fisik
seperti panjang tungkai, daya ledak, dan kecepatan lari. Dengan kata lain
seorang siswa yang memiliki panjang tungkai yang panjang, Power otot yang kuat. Melalui pembelajaran olahraga Gerak dasar
atletik khususnya lompat di sekolah dapat meningkatkan kemampuan Frog jump yang
maksimal. Selain faktor tersebut yang mempengaruhi hasil Frog Jump yaitu koordinasi gerak. Koordinasi (Rangkaian gerak) ,
semakin bagus kordinasi gerak tubuh dari anak didik maka akan menghasilkan keluwesan dalam
melakukan gerakan, sehingga mencapai hasil yang maksimal
Dari penjelasan ini memungkinkan bahwa
panjang tungkai, Power otot tungkai,
sangat erat hubungannya dengan kemampuan Frog
Jump peserta didik. Jadi ada hubungan
antara panjang tungkai, daya ledak dengan kemampuan Frog Jump.
D. Hipotesis
Berdasarkan
landasan teori yang di uraikan di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini
adalah:
1.
Ada hubungan yang
signifikan antara panjang tungkai dengan
kemampuan Frog Jump siswa putra kelas
IV SDN 2 Kebutuhduwur, Kecamatan Pagedongan, Kabupaten Banjarnegara
2.
Ada hubungan yang signifikan antara Power
otot tungkai dengan kemampuan Frog Jump siswa putra kelas IV SDN 2 Kebutuhduwur,
Kecamatan Pagedongan, Kabupaten Banjarnegara”
3.
Ada hubungan yang
signifikan antara panjang tungkai dan Power Otot dengan kemampuan Frog
Jump siswa putra kelas IV SDN 2 Kebutuhduwur,
Kecamatan Pagedongan, Kabupaten Banjarnegara.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Desain
Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian
korelasional dengan sesuai pengambilan data menggunakan tes dan pengukuran.
Dalam metode ini peneliti berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya
mengenai panjang tungkai, Power otot
tungkai dengan kemampuan Frog jump. Sesuai apa yang terjadi di
lapangan.
Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1.
Variabel Bebas (X1)
dan (X2)
2.
Variabel terikat (Y) adalah
kemampuan Frog Jump.
rx₁.y
|
X1
|
rx₁.x₂.
y
|
Y
Y
|
X2
|
rx₂.y
|
Gambar:
7. Desain Penelitian
Keterangan:
X1
= Variabel Bebas (Panjang Tungkai)
X2 =
Variabel bebas (Power Otot
Tungkai)
Y = Variabel terikat (Kemampuan Frog Jump)
B. Tempat dan waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di
SD Negeri 2 Kebutuhduwur. SD Negeri 2 Kebutuhduwur merupakan sebuah sekalah
dasar yang berdiri pada tahun 1963. Sekolah ini terletak di Dusun Kembaran Desa
kebutuhduwur.
C.
Definisi
Operasional Variabel Penelitian
Definisi operasional yaitu penjelasan untuk
memperjelas pengertian variabel penelitian, maka perlu mengemukakan definisi
operasional dari setiap variabel. Adapun definisi operasional variabel
penelitian ini adalah:
1.
Panjang Tungkai
Panjang
Tungkai adalah ukuran panjang tungkai seseorang
yang diukur mulai dari tinggi Pinggul
sampai alas kaki. Di ukur menggunakan roll meter dengan satuan centimeter
2.
Power Otot
Tungkai
Power Otot tungkai adalah Power atau daya ledak otot tungkai
merupakan kemampuan otot seseorang dalam melakukan sesuatu aktivitas gerak
dengan perpaduan kekuatan dan kecepatan. Dalam penelitian ini, Power otot tungkai diukur menggunakan
tes Standing Broad jump dalam satuan centimeter.
3.
Kemampuan Frog jump
Kemampuan Frog
jump adalah kemampuan meloncat ke depan yang dilakukan dengan kedua kaki
sebanyak 3 kali. Frog jump di ukur
menggunakan rollmeter dengan satuan centimeter.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini
adalah siswa kelas IV SDN 2 Kebutuduwur,
Kecamatan Pagedongan Kabupaten Banjarnegara Sebanyak 25 anak.
D. Instrumen dan Satuan
Pengukuran
1.
Pengukuran Panjang Tungkai
(X1)
Intrumen untuk mengukur panjang
tungkai adalah Roll meter. Tujuan
adalah untuk mengetahui panjang tungkai siswa, Alat yang digunakan stadio meter dengan
satuan centimeter.
2.
Tes Power Otot Tungkai (X2)
Tes untuk mengukur daya ledak
tungkai menggunakan Standing Broad jump.
Tujuannya adalah untuk mengetahui power otot tungkai siswa.
3.
Tes Frog Jump (Y)
Cara mengukur kemampuan Frog jump menggunakan Tes Frog
Jump,Tujuannya adalah untuk mengetahui kemapuan frog jump siswa alat yang digunakan yaitu stadio Meter dengan
satuan Centimeter (petunjuk
pelaksanaan tes dan pengukuran ada pada lampiran)
E. Metode dan Teknik Pengumpulan
Data
Dalam penelitian ini menggunakan metode
survey. Sedangkan teknik pengumpulan data
menggunakan tes dan pengukuran.
Pengambilan data di laksanakan pada satu tempat, yaitu SD Negeri 2 Kebutuhduwur
Kecamatan Pagedongan Kabupaten Banjarnegara. Tes berupa pengukuran panjang
tungkai, Standing Broad Jump, dan tes
kemampuan Frog Jump.
Sebelum dilakukan analisis data secara
menyeluruh, perlu disajikan diskripsi data penelitian terlebih dahulu. Dalam
menentukan jumlah kelas, dan lebar kelas interval oleh Sugiyono (2007 : 27),
digunakan rumus sebagai berikut:
dimana :
K
= jumlah kelas
N = jumlah frekuensi
Sedangkan
untuk menentukan lebar kelas interval dengan menggunakan rumus :
dimana :
i =
lebar interval kelas
R =
range / jarak nilai tertinggi dengan nilai terendah
K =
jumlah kelas
Untuk menganalisis data
makasecara menyeluruh ,maka di gunakan rumus dibawah ini :
- Menghitung
Regresi Ganda Dua Prediktor
Analisis
regresi ganda di gunakan oleh peneliti, bila peneliti bermaksud meramalkan
bagaimana keadaan (naik tururnya) variabel dependen (kriterium), bila dua atau
lebih variabel independen sebagai faktor prediktor di manipulasi (di naik
turukan nilainya). Jadi analisis regresi ganda kan dilakukan bila jumlah
variabel independennya minimal 2. Sugiyono (2006:250).
∑Y = an + b1 ∑X1 + b2 ∑X2
∑X1Y = a∑ X1 + b1 ∑X1
+ b2 ∑X1 X2
∑X2Y = a + ∑ X1 + b1 ∑X1
+ b2 ∑X22
|
- Menghitung
Koefisien Korelasi.
Korelasi
ganda (multiple correlation)
merupakan angka yang menunjukkan arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel
secara bersama-sama atau lebih dengan variabel yang lain. Sugiyono (2007:216)
|
Rumus
korelasi ganda dua variabel menurut Sugiyono (2007:218) sebagai berikut:
Keterangan:
Ry.x1x2 = korelasi antara variabel X1 dengan
X2 secara bersama – sama
dengan variabel Y
ryx1 =
korelasi product moment antara X1
dengan Y
ryx2
= Korelasi product moment anatara X2
dengan Y
rx1x2 = korelasi product moment anatara X1 dengan X2
3.
Uji
Prasyarat Analisis
a.
Penghitungan Normalitas.
Keterangan
:
X2 = Chi Kuadrat
f0 = Frekuensi yang diobservasi
fh = Frekuensi yang dihitung
b.
Uji Linearitas
Uji linearitas digunakan untuk
mengetahui sifat hubungan linear atau tidak antara variabel independen dan
variabel dependen. Untuk keperluan uji linearitas dilakukan uji F.
Adapun rumusnya adalah:
Sutrisno
Hadi (2004: 13)
Keterangan:
F reg : harga F untuk garis regresi
Rk reg : rerata kuadrat garis regresi
Rk res : rerata kuadrat residu
Selanjutnya
harga F dikonsultasikan dengan tabel pada taraf signifikansi 5%. Sehingga regresi
dapat dinyatakan linear apabila harga F hitung lebih besar dari F tabel.
4.
Uji
Hipotesis
Hipotesis
merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, untuk
membuktikan kebenaran hipotesis. Dalam penelitian ini untuk menguji hipotesis bertujuan
untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas (X1, X2) dengan variabel
terikat (Y) baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama.
Dalam
menguji hipotesis analisis yang digunakan yaitu analisis regresi ganda dan
korelasi. Adapun untuk menguji hipotesis pertama menggunakan korelasi product moment. Adapun rumusnya sebagai
berikut:
r xy =
|
Keterangan:
rᵪᵧ = koefisien korelasi X dan Y
N = jumlah sebjek
∑xy = jumlah (X)(Y)
∑y = jumlah Y
∑x = jumlah X
∑x² = jumlah kuadrat X
∑y² = jumlah kuadratY
Sugiyono ( 2007:
213)
Setelah
diketahui ada atau tidaknya hubungan antara variabel-variabel, langkah
berikutnya adalah menguji hipotesis lima, yaitu mencari besarnya sumbangan
masing-masing variabel bebas terhadap variabel terkaitnya, untuk mengetahuinya
perlu dicari besarnya sumbangan relatif dan sumbangan efektif yang dikemukakan
(Sutrisno Hadi, 2004: 36-39). Adapun rumusnya adalah:
a.
Rumus Sumbangan Relatif (SR)
SR1 =
100%
SR2 =
100%
Keterangan:
ShR% = sumbangan
relative dari suatu prediktor
b =
koefisien prediktor
∑xy = jumlah
produk antara X dan Y
JK reg = jumlah
kwadrat regresi
b.
Rumus Sumbangan Efektif (SE)
a.
Prediktor X1
SE₁ = SR₁xR²
b.
Prediktor X2
SE₂ = SR₂xR²
Keterangan:
SE% = sumbangan
efektif dari suatu prediktor
SR% = sumbangan
relatif dari suatu prediktor
R² = koefisien
determinan